Kamis, 12 Februari 2015

The Moon and The Sun. (CHAPTER 1)




*The Moon And The Sun*


Tittle                     :      The Moon And The Sun



Cast                      :      Kim Suho, Baek Su Min, Kim Kai



Other Cast            :      Seo Jaehyung, Woo Sunghyun, Kang Sura, Kwon Nara



Genre                    :      Sad, Romance, School Life



Author                  :      Adellelita








..happy readiiiing..








WARNING!!! TYPO DIMANA-MANA!!


.



Sang bintang yang selalu tersenyum kepada sang rembulan yang selalu bersamanya dan menemaninya berkelip di langit. Sang bintang tidak pernah mengetahui darimana cahayanya berasal. Dan dia selalu berpikir bahwa sang rembulan lah yang memberinya cahaya.


 Suatu saat kegelapan tiba, menelan sang rembulan hingga tak terlihat lagi. Gelap, langit sangat gelap. Namun sang bintang masih tetap berkelip dengan begitu indahnya. Dia pun bingung. Bagaimana bisa dirinya tetap bersinar walau sang rembulan telah tiada?. Sebenarnya darimana cahaya ini berasal ?.


Di sisi lain, sang surya tersenyum senang. Sepertinya dia masih ada harapan untuk mendapatkan senyuman dari sang bintang.
.
.
.







AUTHOR.POV>>>



Seorang lelaki tengah duduk termenung di dalam perpustakaan sekolahnya. Raut wajahnya terlihat sangat bosan. Ya, tentu saja dia bosan. Semua waktu istirahatnya digunakannya untuk menunggu seseorang yang memang sudah janji akan datang ke tempat ini. Namun sampai saat ini seseorang itu tak kunjung jua tiba. Sebenarnya lelaki itu sudah tau bahwa seseorang yang ia tunggu itu tidak akan menepati janjinya lagi.



        “sorry, Kai. Tadi gue dihukum sama guru killer, tua, jelek, dan nyebelin karena terlambat masuk kelas..” ucap seorang perempuan yang baru saja duduk di depan Kai dengan nafasnya yang masih tersenggal-senggal karena ia tadi berlari. Kai hanya tersenyum mendengar ucapan perempuan itu. Entah sihir apa ini yang bisa membuat rasa bosan Kai menghilang begitu saja ketika perempuan itu muncul di depannya.



        “nggak papa kok. Oya.. katanya tadi lo mau cerita ke gue. Cerita apaan ?” ucap Kai. Namun Sumin hanya terdiam. Dia masih mengatur nafasnya.



        “yaah. Pasti lo udah bisa nebak apa yang mau gue ceritain ke elo..” ucap Sumin sembari berdiri dan mengambil sebuah buku yang lumayan tipis lalu kembali duduk seperti semula di hadapan Kai.



        “Kim Suho ?!”



        “nah, lo tau sendiri kan kayak apa tuh orang kalo lagi marah....” ucap Sumin sambil mengipas-ngipaskan buku yang tadi ia ambil, ke wajahnya. Jantung Kai serasa tertusuk pisau yang tajam. Sakit. Kai tak tahan jika harus mendengar nama Suho keluar dari mulut Sumin. Padahal pada kenyataannya Suho dan Sumin telah memiliki status berpacaran semenjak satu tahun yang lalu.



        “jadi tadi gini ceritanya. Gue kan lagi ke ruang OSIS, biasalah gue mau ngebahas bisnis sama Nara, si ketua OSIS itu. Tapi ternyata Nara nggak ada disana. Yang ada malah si Jaehyung yang bahkan nggak tergabung dalam anggota OSIS. Saat itu kebetulan lantai di ruang OSIS itu baru aja selesai di pel sama Kwon Ahjussi. Naah, pas gue baru aja mau ke tempat Jaehyung duduk.. gue.... gue.. kepleset, Kai. Dan tanpa gue sangka, Jaehyung nahan badan gue karna hampir jatuh. Dan tanpa gue sangka juga, ternyata Suho menyaksikan kejadian itu. Alhasil Suho marah sama gue.” Jelas Sumin dengan begitu detail.



        “what ?!!. Cuma gara-gara itu Suho marah sama elo ??” tanya Kai. Padahal dalam hati terdalamnya dia telah bersumpah tak akan menyebut nama Suho. Lelaki yang telah berhasil meluluhkan hati Sumin. Sumin pun menganggukkan kepalanya dengan lemas.



        “Kai, please. Kasih gue saran kek.!!. jangan Cuma manggut-manggut muluu...” rengek Sumin.



        “hmm. Lebih baik lo jelasin aja ke Suho bahwa kejadian di ruang OSIS tadi hanya sebatas kebetulan aja.”



        “heey..!!!” ucap Sumin sambil melempar buku yang ia bawa tadi ke atas meja dengan kerasnya.



“Tadi gue udah coba ngejelasin semuanya ke dia. Tapi dianya nggak mau dengerin gue...” lanjut Sumin.








##




Bel telah berbunyi. Pertanda pelajaran hari ini telah usai. Semua siswa berbondong-bondong untuk keluar dari kelasnya. Bahkan saat berada di pintupun mereka saling dorong-dorongan kayak anak SD. Tidak dengan Kai. Dia lebih memilih untuk mengelah dari teman-temannya. Tak mau saling dorong, saling tendang, atau bahkan saling injak. -_-!. Saat keadaan kelas terlihat lebih sepi, akhirnya Kai memilih untuk segera keluar dari kelas. Yeah, kalian bisa tau sendirikan bagaimana rasanya berada di kelas sendirian ?. menyeramkan. Dan bagaimana kalau tiba-tiba muncul sesosok makhluk halus ?. hiii.. sereeem.



Tepat di depan gerbang sekolah, tak sengaja Kai melihat adegan berpelukan yang dilakukan oleh Sumin dan Suho. Sepertinya kedua manusia itu sudah baikan. Kai tak menyangka bahwa dirinya akan melihat adegan itu disaat hatinya yang masih sedih. Jujur. Kai tak suka jika mengetahui hubungan Sumin dan Suho baik-baik saja, namun disisi lain dia juga tak suka jika melihat Sumin yang tengah bersedih, dan menangis karena hubungannya dengan Suho tidak berjalan dengan baik. Dengan cepat Kai melangkahkan kakinya melewati begitu saja kedua manusia yang tengah bermesraan itu.




        “lhoh, Kai. Elo mau kemana ??” tanya seorang lelaki yang tak salah lagi adalah Suho. Kai pun menghentikan langkahnya dan berbalik arah ke arah Suho dan Sumin berada.




        “kemana lagi kalo nggak pulang..” ucap Kai dengan ketusnya.



        “iya, gue tau kalo lo mau pulang. Tapi apa lo mau pulang dan ninggalin motor lo di sini ???” kali ini Sumin yang bicara. Dan BUMM !! bahkan saking galaunya, Kai tak mengingat bahwa dia membawa motor.




        “motor ?.” dengan wajah tak berdosanya, Kai malah bertanya ke Sumin dan Suho.






        Tik..



        Tok..



        Tik..



        Tok..







Waktu terus berjalan dengan jarum jam yang tetap berputar dengan berisiknya. Di atas kepala Kai masih terdapat begitu banyak tanda tanya. Dan setelah beberapa detik berlalu, akhirnya....



        “astaga. Gue lupa...” Kai pun berlari dengan terbirit-birit menuju parkiran dengan meninggalkan kedua temannya yang masih menampakkan wajah o_o sambil menggelengkan kepala.









##




Malam telah tiba. Matahari tak lagi menampakkan sinarnya dan digantikan oleh sang rembulan yang bersinar dengan indahnya. Dimalam yang indah ini Sumin menghabiskan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugasnya yang menumpuk. Dikamarnya hanya terdengar suara keyboard laptop yang saling bersahutan, dan suara yang ditimbulkan dari jarum jam. Sesekali Sumin berdecak kesal karena tak dapat menemukan jawaban dari sebuah soal yang tengah ia kerjakan. Entah mengapa saat ini Sumin merasa semakin lama soal-soal yang ia kerjakan itu semakin sulit.



        “ok. Ok. Aku menyerah. Dan kali ini aku butuh bantuan Nathan.” Ucap Sumin sambil mengangkat kedua tangannya.



Sumin pun beranjak dari tempat duduknya dan segera keluar dari kamarnya. Ya. Dia berniat untuk menuju ke rumah Kai yang terletak tak jauh dari rumahnya. Ting.. tong.. ting.. tong.. Sumin mulai menekan-nekan bel rumah Kai dengan tidak sabaran. Berharap sang penghuni akan segera membukakan pintu untuknya. Sumin mulai menggerutu nggak jelas. Gimana tidak... sudah hampir 2 menit berlalu tapi tak ada seorangpun yang membukakan pintu untuknya. Padahal saat ini dia membawa begitu banyak buku di lengan kirinya. Dan akhirnya Dewi Fortuna-pun berpihak kepadanya. Seorang perempuan lanjut usia telah membukakan pintu untuk Sumin.



        “lhoh..  ?” ucap Sumin. Dia terkejut karena ternyata yang membukakan pintu untuknya adalah Nenek nya Kai. Nenek Kai pun tersenyum pada Sumin.



        “cari Kai, ya ?” tanya Nenek Kai dengan begitu lembut.



        “Kai-nya kemana, Oma ?” tanya Sumin sambil membenarkan posisi buku-bukunya yang hampir jatuh.



        “tuh, dikamar. Kayaknya dia lagi belajar.” Ucap Nenek Kai.



        “oh. Ya udah. Aku langsung ke kamarnya Kai aja, ya. Hehe..” ucap Sumin, lalu segera menuju ke kamar Kai yang terletak di lantai dua.






Tok.. tok.. tok. “Kai. Lo lagi ngapain sih di dalam .?.” tanya Sumin yang masih berada di depan kamar Kai. Tak ada jawaban dari Kai. Sumin mulai memegang kenop pintu, dan... cklekk... pintu tak terkunci.



        “ee..buset .... ngapain dia main gelap-gelapan kayak gini...” gumam Sumin sambil meraba-raba dinding berniat mencari saklar untuk menyalakan lampu. Namun belum sempat Sumin menyalakan lampu, lampu-pun telah lebih dulu menyala. Ya, tentu saja Kai yang menyalakan lampu itu. Kai memperhatikan Sumin yang sedang nempel-nempel di tembok seperti cicak dengan tatapan penuh tanda tanya. Dahi Kai berkerut bersamaan dengan tatapannya yang mengarah pada tumpukan buku di tangan Sumin. Melihat hal itu, Sumin hanya bisa nyengir kuda.




        “PR ?” tanya Kai Ya, dia sudah hafal benar. Jika Sumin tiba-tiba ke rumahnya malam-malam gini apa lagi kalau nggak butuh bantuan Kai untuk mengerjakan PR.



        “hehe. Iya. Bantuin gue, Kai. Please. Gue udah kehilangan arah.(-_-)” Ucap Sumin dengan wajah memelasnya. Kai terlihat menghela nafas mendengar pernyataan Sumin barusan.



        “okay. Ini terakhir kalinya gue bantuin lo ngerjain PR.” Ucap Kai sembari mengambil alih buku-buku yang sedari tadi berada di tangan Sumin, dan meletakkannya di atas meja belajar.



        “lho. Kok terakhir kali. Jangan gitu dong, Kai. Elo marah ya sama gue. ih, Kai, please. Masa sama sahabatnya sendiri pake marah-marahan segala. Nggak asik tauuk..” rengek Sumin sembari duduk di sebelah Kai.



        “bagian mana yang elo nggak paham ?” tanya Kai sambil membuka lembar demi lembar buku tulis Sumin.



        “uumm.... semuanya, Kai. Semuanya gue nggak paham..” mendengar hal itu, Kai megubah ekspresi wajahnya menjadi datar. Sedangkan Sumin, dia hanya meringis-meringis nggak jelas.







##





Satu jam telah berlalu. Kai masih dengan begitu sabarnya membantu Sumin mengerjakan tugas-tugasnya. Sesekali dia memberi penjelasan pada sebuah.. ah tidak, bukan sebuah. Beberapa ?, tidak. Beberapa juga tidak masuk dalam kategori. Seluruh ?. ya, ‘seluruh’ baru banar. Seluruh rumus atau soal yang belum dimengerti oleh Sumin.



Hari semakin malam dan sampai saat ini Sumin masih belum paham dengan penjelasan yang diberikan oleh Kai.



        “jelas aja dari tadi elo nggak paham, orang dari tadi elo malah mainin handphone terus.” Kesal Kai.



        “oh baiklah, baiklah. Aku tidak akan mainin handphone lagi.”




        “sudah terlambat. Sekarang, pulanglah. Sudah hampir tengah malam.” Ucap Kai sembari bangkit dari duduknya dan segera berbaring di atas ranjangnya. Sumin-pun akhirnya pulang dengan tidak membawa hasil. Tugasnya belum selesai, dan itu harus dikumpulkan besok. Entah apa yang akan dilakukan Sumin setelah ini.







##





Pagi tiba. Sinar mentari mulai menerobos celah-celah gorden yang sedikit terbuka. Sinar itu mulai menyentuh wajah seorang gadis cantik. Dia mulai menggeliat, merasa acara tidur nyenyaknya telah dirusak. Dirusak oleh sang sinar mentari yang menemani tiap harinya, seakan mereka adalah sahabat.



        “ngg..” gumam Sumin sambil guling-guling kesana kemari. Dia berusaha mengumpulkan kekuatannya untuk bangun. Dalam keadaan seperti ini Sumin masih saja memejamkan matanya. Hingga akhirnya... GUBRAKK.. Sumin jatuh dari atas ranjangnya dengan sempurna. “uukh.. sakit..” gerutu Sumin sambil mengelus-elus pantatnya yang dirasanya sakit. Sumin pun berdiri dengan kuwalahan dengan tangannya yang masih mengelus-elus pantatnya.



        “honey..!!” teriak seseorang dari depan pintu kamar Sumin dengan kerasnya.



        “iya, mam.” Sahut Sumin dengan teriakan pula. Sumin pun melangkahkan kakinya menuju pintu. Dan cklekk.. pintu pun terbuka, memperlihatkan wajah seorang perempuan dengan rambut singanya. Seorang yang diketahui adalah ibu Sumin pun terbelalak, terkejut melihat rupa anak semata wayangnya yang mengerikan. Rambut acak-acakan, matanya telah menyerupai mata panda, dan satu lagi.... BAU. Ya, Sumin bau karena belum mandi.



        “ada apa sih mam, pagi-pagi begini sudah teriak-teriak.” Ucap Sumin mempoutkan bibirnya.



        “what !!? apa katamu ?!!. pagi ?!!. ini sudah siang sayang, sudah jam setengah tujuh. Apa kau tidak mau sekolah .??!”. dalam sekejap, mata Sumin telah terbuka lebar. Menoleh ke dalam kamarnya tepat pada sebuah jam yang menempel di dinding.



        “astaga !!. apa Suho... eh maksudku Kai. Apa Kai sudah datang.?!!” Tanya Sumin penuh kepanikan.



        “iya, dia tadi datang. Dan setelah ku beritau bahwa kau belum bangun, dia langsung pergi.” Ucap Ibu Sumin dengan santainya. Reflek Sumin pun membulatkan mulutnya, lalu berlari kesana kemari mencari handuk, dan duaar.. pintu kamar mandi tertutup dengan begitu kerasnya hingga Ibu Sumin menggelengkan kepala melihat tingkah anak semata wayangnya itu di pagi hari.









##





Seorang perempuan berlari-larian melewati koridor sekolah dengan rambut yang tadinya rapi menjadi berantakan. Koridor sekolah terlihat sangat sepi, tak ada siswa yang berlalu-lalang melewati koridor ini. Ya, pelajaran telah dimulai, dan perempuan itu masih berlari-larian menuju kelasnya yang berada di lantai dua. Peluh telah mengalir di pelipis perempuan itu. Rambutnya yang ia gerai bebas berayun kesana-kemari. Akhirnya dia telah berada di depan kelasnya.




        “sial. Gurunya udah masuk lagi.” Gerutu perempuan itu sambil membenarkan rambutnya yang acak-acakan akibat berlari-larian tadi.



        “pagi, Pak. Maaf saya terlambat.” Ucap perempuan itu sambil membungkukkan badannya.



        “iya, silahkan... SILAHKAN LETAKKAN TASMU,DAN KELUAR !!” bentak guru itu. Perempuan yang diketahui bernama Jessica itu pun terkejut. Kiranya guru itu mau mempersilahkannya duduk, tapi kenyataannya.... huft, sungguh kejam. Sumin pun menundukkan kepalanya karena menahan malu dan segera keluar dari kelas dengan wajah yang tak kalah memelas dari seorang pengemis.








##




Bel istirahat telah melantun (?) dengan begitu indahnya. Sebagian siswa keluar dari kelas mereka untuk sekedar ngobrol di luar kelas atau sekedar nongkrong dan makan di kantin. Dan sebagian lagi dari siswa lainnya memilih untu berdiam diri dikelas. Yeah, tentusaja siswa yang menetap di kelas itu adalah siswa yang teladan, dan cerdas. Mungkin mereka memiliki IQ jauh diatas rata-rata. Dan tentu, Sumin bukan salah satu dari siswa yang cerdas. Kali ini ia tengah berada di taman sekolah barsama dengan...... Suho tentunya.




        “Sumin-aa, kayaknya tadi aku denger suara Lee ssaem di kelasmu. Kalo di denger-denger siih sepertinya dia sedang membentak. Emangnya siapa yang dia bentak tadi. ?” tanya Suho yang sukses membuat Sumin mencelos. ‘sekeras itukan Lee ssaem tadi membentakku hingga terdengar oleh Suho yang kelasnya berada di C ?. padahal kelasku kan di E.’ Batin Sumin.



        “kok melamun.”. ucapan Suho barusan berhasil menyadarkan diri Sumin dari lamunannya.



        “oh, itu... tadi... umm.. Lee ssaem membentakku..” ucap Sumin dengan suara lirihnya membuat Suho mengerutkan keningnya.



        “memangnya kamu berbuat salah apa sampe Lee ssaem membentakmu sekeras itu ?” tanya Suho dengan nada suaranya yang lembut.




Sumin terdiam. Dia malu pada pacarnya yang memang tau bahwa Sumin adalah siswa yang kurang rajin. Bahkan dia sering terlambat masuk sekolah seperti hari ini. IQ ??. ya tentu saja IQ Sumin dibawah Suho. Sumin tak pernah masuk dalam 50 daftar siswa yang berprestasi. Entahlah, mungkin itu takdir untuk Sumin.





        “tadi aku terlambat ..” ucap Sumin yang semakin menundukkan wajahnya. ‘hufft..’ terdengar suara Suho yang tengah menghela nafas panjang. Tak beberapa lama dia sudah menarik dagu Sumin untuk menatapnya.



        “Baek SuMin.. lihat aku..”. Sumin pun menuruti perintah pacarnya itu.



        “aku tau kebiasaanmu yang suka terlambat, tidak mengerjakan PR, tidak belajar, dan bahkan kau sering kabur dari tugas piketmu. Tapi, bisakah mulai sekarang kau buang jauh-jauh perlakuan buruk mu itu.” Ucap Suho masih dengan nada lembut dan sangat bersahabat.



        “... Oppa..” panggil Sumin lirih.



        “mungkin itu takdir. Dan takdirku yang seperti itu mungkin akan permanen.” Lanjut Sumin diakhiri dengan cengiran khasnya.




Gila. Sumin gila. Bagaimana bisa dia mengatakan bahwa prilaku buruknya itu takdir yang akan permanen berada di dirinya. Kalau ini sih, sangat jelas jika Sumin tak mau mengubah prilakunya itu. Tunggu... tunggu. Lalu, bagaimana bisa Suho yang notabennya selalu mendapat prestasi yang unggul, dan bahkan hampir setara dengan Kai yang, demi tuhan dan  demi apapun.. dia sangat cerdas, Jenius malah. Bagaimana bisa Suho bisa menyukai dan bahkan mencintai gadis bodoh dan berprilaku buruk ini.
       



“jangan bercanda, Sumin-aa.” Ucap Suho sedikit kesal dengan ucapan Sumin barusan. yeah, ucapan Sumin barusan memang mengejutkan.


  

      “hehe. Okay okay. Aku akan berusaha ngilangin kebiasaan burukku demi Kim Suho-KU tercinta..”



       “ck. Dasar..” ucap Suho sembari mengacak poni Sumin penuh sayang.











##






Saat ini Sumin tengah duduk manis di bangku penonton untuk menyaksikan Kai yang tengah berlatih basket dengan teman-temannya. Di sekitarnya terdengarlah suara gadis-gadis yang meneriaki nama Kai dengan kerasnya. ‘kurang kerjaan sekali’ batin Sumin sambil melirik sinis ke arah para gadis ALAY itu. Tunggu, kenapa Sumin terlihat sangat membenci para gadis itu saat mereka memanggil nama Kai ??. apakah Sumin cemburu pada para gadis alay itu. Eiiy.. entahlah..





Saat Sumin tengah asik melamun tiba-tiba seseorang telah menepuk bahunya pelan. Dan itu dengan sukses membuat Sumin tersadar dari lamunannya.



        “Oppa ??!!. kau membuat jantungku hampir copot !!” pekik Sumin setelah sebelumnya dia memukul lengan Suho dengan lumayan keras, membuat Suho meringis kesakitan.



        “ahahah. Okay, kalau begitu aku minta maaf..”



        “..........” Sumin hanya diam. Dia cemberut sambil terus memperhatikan Kai yang berada di tengah lapangan sana.



        “kau marah ?” tanya Suho.



        “eiiy.. aku kan sudah minta maaf padamu. Jadi, kau tidak mau memaafkanku ?” ucap Suho. Namun Sumin masih saja terdiam. Suho pun beranjak pergi. Namun sebelum genap dia melangkahkan kedua kakinya, Sumin telah terlebih dahulu menahan pergelangan tangan Suho. Membuat Suho menghentikan langkahnya.



        “hehe. Aku memaafkanmu kok..” ucap Sumin sambil nyengir-nyengir nggak jelas. Dan Suho pun kembali duduk di samping Sumin sembari mengacak pelan poni Sumin. Mereka berdua pun tertawa bersama.







 KAI.POV>>>






Kuarahkan pandanganku ke arah bangku para penonton. Dan apa-apaan ini ??. begaimana bisa mereka bermesraan di sana dengan santainya.. tanpa memikirkan perasaanku. Hmm.. tapi memang wajar siih jika mereka bertingkah seperti itu. Mereka kan pacaran. Dan TAPI lagi... tetap saja aku cemburu walaupun aku bukan pacarnya. Yeah.. yang namanya suka, mau diapakan lagi ya akan tetap suka. Dan...






DUGGKK!!





        “KAAAAIII !!!” beberapa orang yang berada di sekitar lapangan meneriakiku.






Setelah itu aku tidak bisa melihat apa-apa lagi. Dan aku terjatuh. Saat aku bangun tiba-tiba aku sudah berada di dalam ruangan yang dengan sangat jelas bahwa ruangan ini adalah UKS. Bukankah tadi aku berada di lapangan... dan... aku bermain basket. Siapa yang membawaku ke sini.

.


.







TO BE CONTINUE >>>>>





Kyyaaa!!!. Jelek ya ???!!. nggak papa laah. Hehe..
#maklum_author_amatir_kkk
Ku harap kalian “para readers” menyukai FF ku yang satu ini...

Kalo ada banyak typo.. hmm mohon maaf. Hehe.

Bye..~~~. Sampai jumpa di chapter selanjutnya. Dan di karya ff ku yang lainnya. annyeong..  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar